
War Shipping adalah sebuah metode serangan siber yang relatif baru, dimana peretas atau penyerang menyelundupkan perangkat keras (hardware) yang telah diprogram sebelumnya untuk melakukan serangan siber ke dalam jaringan atau sistem target dengan cara fisik. Biasanya, perangkat ini dikirimkan melalui jalur logistik biasa, seperti layanan kurir atau pengiriman paket, tanpa menimbulkan kecurigaan. Perangkat tersebut kemudian berfungsi sebagai titik akses jarak jauh (remote access) bagi penyerang u
Metode pembayaran menggunakan kode QR (Quick Response) semakin digemari, terutama oleh generasi muda karena kemudahannya. Namun, di balik kenyamanan tersebut, tersimpan risiko keamanan yang mulai menjadi perhatian, salah satunya adalah ancaman quishing. Belum lama ini, sebuah perusahaan energi besar di Amerika Serikat menjadi korban penipuan berbasis kode QR. Para analis keamanan memperingatkan bahwa quishing kini sedang mengalami peningkatan.
Maraknya aktivitas peretasan yang terjadi pada sektor pemerintah ditengarai sebagai aksi protes terhadap putusan pemerintah yang dilakukan sejumlah threat actor lokal, seperti Anon Black Flag dan Cyber Error System. Aktivitas Peretasan ini mencakup web defacement, pencurian kredensial, hingga pencurian data pribadi seperti NIK, nomor telepon, Nomor Induk Mahasiswa dan berkas – berkas sensitif milik perusahaan.
Dalam perkembangan teknologi yang semakin pesat, ancaman Keamanan Siber juga terus berkembang, bahkan dari sumber yang tak terduga. Sebuah studi mengejutkan dari para peneliti di Universidad de la República Montevideo, Uruguay, menemukan potensi celah keamanan yang sangat mencengangkan : Data Anda dapat Dicuri oleh Hacker melalui Kabel HDMI. Penemuan ini menyoroti risiko baru yang sebelumnya belum banyak disadari dalam dunia Keamanan Siber.
Pada bulan Juni 2024, terdapat organisasi yang melaporkan menerima email yang tampak resmi dengan mengaitkan insiden PDNS (Pusat Data Nasional Sementara). Email tersebut menyatakan bahwa telah terjadi insiden keamanan di PDNS yang mengakibatkan kebocoran data. Untuk mengamankan akun mereka, penerima diminta untuk melakukan klik tautan dan memperbarui informasi login mereka.
Di era digital ini, di mana kita semakin bergantung pada teknologi, muncul pula ancaman baru yang mengintai data kita. Salah satu yang paling berbahaya adalah ransomware, sebuah jenis malware yang mengunci dan mengenkripsi data korban, kemudian menuntut tebusan untuk mengembalikannya.